Fandri 77

Selamat Datang di Blog saya,

Animasi Bergersk

Kesehatan Gigi

kesehatan gigi .

Karang gigi

karang gigi.

Karies gigi

karies gigi

Odontetomi

odontektomi.

Kesehatan Gigi umum

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 17 Desember 2019

Pelayanan Kesehatan di Jakarta Seharusnya Fokus kepada Program Preventif dan Promotif

Suasana jalannya acara Dialog Publik oleh LSM Terawulan yang bertajuk ‘Mewujudkan Masyarakat Partisipatif terhadap Masalah Pelayanan Kesehatan di Jakarta’beberapa waktu yang lalu di Jakarta Media Center.

Jakarta – Pelayanan kesehatan di Jakarta yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan DKI seharusnya lebih fokus kepada upaya preventif dan promotif ketimbang penangangan seperti yang terjadi saat ini. Hal tersebut dipaparkan oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta Slamet Budiarto saat dirinya tampil sebagai pembicara dalam acara Dialog Publik oleh LSM Terawulan yang bertajuk ‘Mewujudkan Masyarakat Partisipatif terhadap Masalah Pelayanan Kesehatan di Jakarta’beberapa waktu yang lalu di Jakarta Media Center.

hobby

1. Traveling




2. Menyanyi
Hasil gambar untuk menyanyi

3. Berorganisasi





PROFIL







BIODATA                      :
NAMA                                  : ELISABET FANDRIANA BOTA
NAMA PANGGILAN        : FANDRI
ALAMAT                           : LAMAHORA BARAT  RT 010/ RW 001– KELURAHAN LEWOLEBA TIMUR, KECAMATAN NUBATUKAN KABUPATEN LEMBATA – NTT
HOBBY                               : MENYANYI,
BERORGANISASI DAN TRAVELING



CERDIK MENGATASI KERDIL (Stunting)

Pembangunan manusia di bidang kesehatan adalah salah satu amanat Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu Negara harus hadir secara maksimal mengatasi masalah kesehatan.  Sejak tahun 2017, isu pembangunan kesehatan makin fokus ke arah stunting atau kerdil. Bagaimana tidak, stunting atau kerdil adalah ujung dari masalah gizi kronis. Kerdil tidak terjadi tiba-tiba dalam masa yang relatif pendek. Ia adalah benang panjang yang kusut.
Dampak kerdil tidak hanya pada fisik, yakni tinggi badan yang tidak sesuai usia sebaya, melainkan sebagai indikasi kurangnya asupan gizi yang mempengaruhi volume otak. Pada gilirannya, akan mengganggu indikator standar kecerdasan. Dengan kata lain, anak dengan stunting cenderung bermasalah pada kecerdasan.
Generasi dengan kemampuan kognitif yang lemah akan menyumbang masalah, bukan solusi. Justru terhadap masalah inilah, solusi harus dicari, ditemukan dan dipecahkan. Pada tahun 2018 100 Kabupaten dan 34 Propinsi telah ditetapkan sebagai lokasi prioritas penurunan masalah kekerdilan. Angka ini bertambah dua kali pada tahun ini yaitu sebanyak 60 lokus kabupaten.
Propinsi Nusa Tenggara Timur juga menjadi bagian dari area dengan prevalensi stunting mencengangkan yakni 52,46% pada tahun 2018 dari total populasi yang diukur. Angka ini tentu menjadi masalah yang tidak mungkin dilimpahkan pada bidang kesehatan saja. Semua sektor harus bangkit melawan bersama.
Mengapa bersama? Salah satu masalah utama generasi kerdil masih terwarisi adalah karena kurangnya asupan gizi. Bicara asupan gizi tentu tidak terlepas dari penyediaan pangan dan kecukupan ekonomi. Nah pada ranah ini, unit kesehatan tentu tidak akan mampu berperang sendiri. Bahkan dengan ekonomi yang cukup sekalipun, belanja gizi keluarga belum tentu menempati tempat prioritas. Ditengah persaingan akan penampilan dan eksistensi yang didukung sosial media, kebutuhan akan pangan dapat bertukar urutan.
Masalah gizi pada stunting hanyalah salah satu penyumbang problem kekerdilan. Masalah kecacingan yang masih tinggi pada masyarakat kebanyakan juga menjadi pendonor tingginya angka kekerdilan atau stunting. Selain itu lingkungan yang kurang bersih dan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) akan menggerogoti masalah kesehatan masyarakat secara komunitas yang berpuncak pula pada stunting.
Hasil gambar untuk gambar ibu hamil makan


Dalam beragam penyumbang masalah kekerdilan di Indonesia umumnya dan Nusa Tenggara Timur khususnya, baiklah jika kita mengambil fokus terbesar yakni masalah gizi. Ibarat berperang, maka kita perlu menetukan sasaran vital demi melemahkan sang lawan. Pada kasus ini, gizi adalah organ vital stunting tumbuh dan merajalela.
Meskipun demikian, sebelum bicara jumlah dan pola asupan gizi serta ketersediaan pangan, kita perlu bicara gigi dan rongga mulut sebagai pintu gerbang utama masuknya zat gizi ke tubuh. Kerusakan pada lapisan gigi akan mengganggu fungsi pengunyahan dan pola makan. Dengan gangguan ini, tentu akan mengurangi volume makanan yang masuk ke tubuh yang pada gilirannya akan mengurangi asupan gizi. Lingkaran masalah ini akan terus berulang: gigi berlubang – ganggungan pola makan – kurangnya asupan gizi -  kerdil.
Sesungguhnya generasi yang terlahir dengan kondisi stunting akan sulit disembuhkan atau terhapus status kerdilnya. Maka fokus yang cerdik adalah mempersiapkan ibu hamil atau wanita usia subur agar berada dalam status gizi yang baik. Dengan status gizi yang optimal dan pola asuh yang baik, dapat dipastikan generasi yang dilahirkan nanti adalah generasi sehat.
Oleh karena itu mempersiapkan ibu hamil dengan status kesehatan gigi yang baik adalah cara bijak mempersiapkan generasi. Perlu diingat wanita pada masa hamil mengalami gangguan keseimbangan hormonal yang juga mempengaruhi psikis. Dampak yang dapat ditimbulkan antara lain; gusi mudah meradang dan kejadian gigi berlubang meningkat. Sekali lagi, hal ini akan mengulang rantai stunting : gigi berlubang – ganggungan pola makan – kurangnya asupan gizi -  kerdil. Maka Terapis Gigi bicara stunting adalah penting!












BPJS Kesehatan Berbenah Meningkatkan Kualitas Pelayanan

 Hasil gambar untuk gambar logo bpjs
Asuransin Kesehatan berupa Jaminan Kesehatan  telah menjadi kebutuhan masyarakat baik pekerja muransi Kaupun non-pekerja. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan segala aktifitas. Oleh karena itu, penting sekali menjaga kesehatan. Disamping itu segala resiko yang mengganggu kesehatan juga tidak dapat dihindarkan.
Prestasi dan Program BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan suatu lembaga yang mempunyai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui fasilitas Kartu Indonesia Sehat (KIS). Tugas BPJS Kesehatan mencakup lembaga finansial non-Bank dan pelayanan kesehatan. Diharapkan seluruh masyarakat Indonesia di tahun 2019 nanti diharapkan menjadi peserta JKN-KIS karena merupakan amanat Undang- Undang No.40 tahun 2004.  
Peran dan tugas BPJS Kesehatan dalam program JKN-KIS  sendiri yaitu merangkul kepesertaan masyarakat, dimana per November 2018 sudah tercatat 205 juta peserta, mengumpulkan iuran dan membelanjakan iuran untuk pelayanan kesehatan. BPJS Kesehatan mempunyai peran memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kepesertaan JKN-KIS dimana menjadi peserta akan terlindungi dari sakit berbiaya mahal, membantu orang lain dan menjadi warga negara yang taat sesuai UU NO.4 tahun 2004. Dasar hukum kewajiban kepesertaan JKN-KIS bagi masyarakat meliputi:
Untuk saat ini BPJS Kesehatan menyandang predikat terbaik untuk penanganan pengaduan publik kategori kementerian dan lembaga dari peserta kompetisi di seluruh Indonesia. I
Masalah dan Penanggulangan di BPJS Kesehatan
Kepesertaan BPJS Kesehatan dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu dengan dibantu pembayaran oleh pemerintah, pembayaran yang dikoordinir perusahaan dan peserta mandiri. BPJS Kesehatan memiliki konsep "Dengan Gotong Royong Semua Tertolong". Namun selain itu BPJS Kesehatan menghadapi kendala seperti nilai premi yang kecil, sehingga tidak cukup menutupi biaya pengobatan seluruh peserta BPJS Kesehatan. 
Disamping itu, ada pula peserta PBPU (peserta bukan penerima upah) yang menjadi anggota dan membayar secara mandiri hanya beberapa kali, namun setelah selesai mendapat tindakan atau pelayanan kesehatan dengan biaya yang besar, peserta tersebut menghentikan pembayaran iuran. Hal inilah yang membuat terjadinya defisit di tubuh BPJS Kesehatan. 
Dalam rangka untuk menanggulanginya, pemerintah telah berencana menaikkan premi iuran, selain itu telah dibentuk kaderisasi untuk memantau kepesertaan agar terus berkelanjutan dan pembatasan beberapa penyakit berat yang tidak bisa ditanggung BPJS Kesehatan seperti HIV dan hepatitis.
Kondisi atau masalah defisit yang terjadi di tubuh BPJS Kesehatan salah satunya diharapkan dapat diatasi dengan kehadiran para kader. Kader JKN-KIS yang ada adalah individu yang mempunyai hubungan kemitraan untuk membantu fungsi BPJS Kesehatan dalam suatu wilayah tertentu. 
Peran para kader JKN-KIS ini lebih diprioritaskan untuk masyarakat peserta mandiri yang fungsinya untuk sosialisasi dan edukasi kepada calon peserta, pendaftaran peserta baru, pemberian informasi, penerimaan pengaduan serta pengingat dan pengumpulan iuran. Dengan adanya kader JKN-KIS ini, peserta akan diingatkan untuk membayar tunggakannya. 
Menurut Dr. Dyah Waluyo mengatakan bahwa program BPJS Kesehatan ini sangat bagus untuk masyarakat dan harus dipertahankan. Oleh karena itu, segala kendala dan hambatan perlu segera diatasi demi perbaikan pelayanan yang berkesinambungan. Dengan sepenuh hati, BPJS Kesehatan terus berinovasi dalam meningkatkan pelayanan. Program pemerintah dengan konsep "Gotong Royong" ini perlu kesadaran dan dukungan seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta dan disiplin agar tercipta keadilan yang merata dibidang kesehatan. 




HUBUNGAN KARIES GIGI DENGAN STUNTING

Hasil gambar untuk gambar stunting dengan karies gigiHasil gambar untuk gambar stunting dengan karies gigi

sumber gambar  sumber gambar


Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang diawali proses demineralisasi. Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80% - 90% dimana diantaranya adalah golongan anak. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi nasional masalah gigi-mulut sebesar 31,1%, mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar 29,7%2. Peningkatan prevalensi karies gigi sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula dan kurangnya pemanfaatan flour. Karies gigi dapat mempengaruhi nafsu makan dan intake gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi anak yang berimplikasi pada kualitas sumber daya. Status gizi merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas sumber daya manusia. Karies gigi merupakan penyakit yang dapat mengganggu kondisi gizi anak sehingga dapat menyebabkan masalah gizi. Tingkat konsumsi macronutrient dan micronutrient tidak hanya berhubungan dengan status gizi tetapi juga dapat berhubungan dengan tingkat keparahan karies gigi. Karies gigi menyebabkan terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi) yang dapat mempengaruhi asupan makan dan status gizi. Gigi yang sakit akan mempengaruhi status gizi melalui mekanisme terganggunya fungsi pengunyahan. Konsumsi makanan tersebut dengan frekuensi sering dan berulang ulang akan menyebabkan pH plak dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah pembentukan karies gigi.
 Karies gigi yang terjadi pada anak akan menyebabkan munculnya rasa sakit sehingga anak akan menjadi malas makan dan juga akan menyebabkan tulang disekitar  gigi menjadi terinfeksi. Apabila terjadi kerusakan pada tahap yang berat atau sudah terjadi abses maka gigi akan dapat tanggal. Anak yang kehilangan beberapa giginya tidak dapat makan dengan baik kecuali makanan yang lunak. Seseorang dengan alat pengunyahan yang tidak baik akan memilih makanan sesuai dengan kekuatan kunyahnya sehingga pada akhirnya akan menyebabkan malnutrisi
Stunting atau status gizi pendek adalah salah satu bentuk gizi kurang yang diukur berdasarkan standar deviasi referensi WHO tahun 2005. Stunting dapat dikukur dengan indikator pengukuran tinggi badan terhadap umur TB/U yang ditandai dengan pertumbuhan tinggi badan yang terhambat. Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadI 29,6% pada tahun 2017. Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program yang sudah diupayakan oleh pemerintah. Asupan zat gizi pada balita sangat penting dalam mendukung pertumbuhan sesuai dengan grafik pertumbuhannya agar tidak terjadi gagal tumbuh (growth faltering) yang dapat menyebabkan stunting. Pada tahun 2017, 43,2% balita di Indonesia mengalami defisit energi dan 28,5% mengalami defisit ringan. Untuk kecukupan protein, 31,9% balita mengalami defisit protein dan 14,5% mengalami defisit ringan. Stunting dapat meningkatkan resiko terjadinya karies karena berkurangnya fungsi saliva sebagai sebagai buffer, pembersih, anti pelarut, dan anti  bakteri rongga mulut. Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur  hidup.                   


Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang diawali proses demineralisasi. Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80% - 90% dimana diantaranya adalah golongan anak. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi nasional masalah gigi-mulut sebesar 31,1%, mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar 29,7%2. Peningkatan prevalensi karies gigi sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula dan kurangnya pemanfaatan flour. Karies gigi dapat mempengaruhi nafsu makan dan intake gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi anak yang berimplikasi pada kualitas sumber daya. Status gizi merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas sumber daya manusia. Karies gigi merupakan penyakit yang dapat mengganggu kondisi gizi anak sehingga dapat menyebabkan masalah gizi. Tingkat konsumsi macronutrient dan micronutrient tidak hanya berhubungan dengan status gizi tetapi juga dapat berhubungan dengan tingkat keparahan karies gigi. Karies gigi menyebabkan terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi) yang dapat mempengaruhi asupan makan dan status gizi. Gigi yang sakit akan mempengaruhi status gizi melalui mekanisme terganggunya fungsi pengunyahan. Konsumsi makanan tersebut dengan frekuensi sering dan berulang ulang akan menyebabkan pH plak dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah pembentukan karies gigi.
 Karies gigi yang terjadi pada anak akan menyebabkan munculnya rasa sakit sehingga anak akan menjadi malas makan dan juga akan menyebabkan tulang disekitar  gigi menjadi terinfeksi. Apabila terjadi kerusakan pada tahap yang berat atau sudah terjadi abses maka gigi akan dapat tanggal. Anak yang kehilangan beberapa giginya tidak dapat makan dengan baik kecuali makanan yang lunak. Seseorang dengan alat pengunyahan yang tidak baik akan memilih makanan sesuai dengan kekuatan kunyahnya sehingga pada akhirnya akan menyebabkan malnutrisi
Stunting atau status gizi pendek adalah salah satu bentuk gizi kurang yang diukur berdasarkan standar deviasi referensi WHO tahun 2005. Stunting dapat dikukur dengan indikator pengukuran tinggi badan terhadap umur TB/U yang ditandai dengan pertumbuhan tinggi badan yang terhambat. Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadI 29,6% pada tahun 2017. Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program yang sudah diupayakan oleh pemerintah. Asupan zat gizi pada balita sangat penting dalam mendukung pertumbuhan sesuai dengan grafik pertumbuhannya agar tidak terjadi gagal tumbuh (growth faltering) yang dapat menyebabkan stunting. Pada tahun 2017, 43,2% balita di Indonesia mengalami defisit energi dan 28,5% mengalami defisit ringan. Untuk kecukupan protein, 31,9% balita mengalami defisit protein dan 14,5% mengalami defisit ringan. Stunting dapat meningkatkan resiko terjadinya karies karena berkurangnya fungsi saliva sebagai sebagai buffer, pembersih, anti pelarut, dan anti  bakteri rongga mulut. Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur  hidup.                   


Sabtu, 16 November 2019

Perawatan Gigi Untuk Pasien Lansia


Perawatan Gigi Untuk Pasien Lansia
Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :  0  0
Saat usia mulai bertambah kekebalan tubuh akan semakin berkurang sehingga rentan terhadap berbagai penyakit. Masalah ini bisa ditimbulkan akibat dari perawatan gigi yang tidak benar sehingga menyebabkan banyak masalah terhadap anggota tubuh lainnya. Apabila seorang lansia mengalami masalah dengan giginya menyebabkan sulit untuk mengunyah makanan yang juga mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan energy. Lansia memerlukan perawatan khusus pentingnya kesehatan mulut. Cara merawat gigi lansia :

Memiliki jadwal rutin kunjungan ke dokter merupakan langkah penting untuk hidup sehat. Umur boleh lanjut, kesehatan juga harus terus dijaga, sikat gigi, flossing, mengurangi makan-makanan yang mengandung gula dan mengunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan rutin. Dokter gigi menyediakan alat perawatan gigi yang lengkap untuk lansia, sehingga semua orang mendapat erawatan mulut yang mereka butuhkan dari dokter gigi yang berkualitas. Kesehatan gigi yang baik mengarah pada peningkatan kesehatan secara keseluruhan terutama diusia lanjut itulah sebabnya mengapa perawatan gigi lansia sangat penting. Dengan jumlah penduduk yang memiliki umur lansia lebih banyak dibandingkan generasi sebelumnya adalah penting bahwa perawatan gigi dimasukkan dalam salah satu factor penting untuk kesehatan mereka Perhatian yang paling baik adalah perawatan rutin sehingga mereka dapat mencegah atau mengurangi segala jenis penyakit yang ditimbulkan. Banyak lansia yang telah kehilangan giginya karena tanggal, namun bisa menggantinya dengan memasang gigi palsu untuk kenyamanan dan juga untuk penampilan belaka. Usia lansia adalah usia rentan penyakit, kurangnya menjaga kesehatan mulut untuk pemeliharaan gigi dan kesehatan mulut kurang baik, menyebabkan komplikasi diabetes tersebut penyerapan menghambat insulin. Menurut Dr Michael Pilon, di usia lanjut sebaiknya melakukan perawatan gigi dan mulut secara rutin dan benar karena hal itu sangat penting untuk kebugaran tubuhnya, dan untuk mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat kurangnya menjaga kesehatan serta perawatan gigi dan mulut pada lanjut usia.






  

Peran Kesehatan Gigi dalam Mendukung Isu Pembangunan Kesehatan melalui Peningkatan Profesionailse dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan yang Merata


Peran Kesehatan Gigi dalam Mendukung Isu Pembangunan Kesehatan melalui Peningkatan Profesionailse dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan yang Merata
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhanMenurut UU Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang - Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan pembangunan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi nasional masalah kesehatan gigi dan mulut adalah 25,9%, sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Penyakit gigi dan mulut menempati peringkat ke-6 dari 10 penyakit rawat jalan terbesar di Indonesia (Data Kemenkes RI) tahun 2012 dalam (dalam Tandilangi dkk, 2016).
Sebanyak 89% anak Indonesia di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut (Data Kemenkes RI) tahun 2009 (dalam Gayatri & Ariwinanti, 2014). Hal ini didukung oleh data terbaru yang dirilis oleh Oral Health Media Centre pada April 2012, memperlihatkan sebanyak 60 - 90% anak usia sekolah dan hampir semua orang dewasa di seluruh dunia memiliki permasalahan gigi (Data Kemenkes RI) tahun 2007 (dalam Silaban, 2013).








Isu stategs pembangunan kesehatan 2018
1.      Peningkatan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak
2.  Peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan
3.      Peningkatan profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata
4.      Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan
5. Peningkatan ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan, jaminan, keamanan, khasiat/manfaat dan mutu obat, alat kesehatan, dan makanan, serta daya saing produk dalam negeri, dan
6.      Peningkatan akses pelayanan KB berkualitas yang merata.


Peningkatan profesionaise dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata
1.      Mengadakan pelatihan bagi tenaga kesehatan yang berada jauh dari kota dan mendayagunakan kader kesehatan yang ada di setiap desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di desa
2.      Perawat gigi diharuskan memiliki kompetensi yang mumpuni dan bekerja sesuai dengan kode etik dan undang – undang kesehatan. Jumlah dokter gigi di Indonesia saat ini sebenarnya sudah mencukupi. Akan tetapi, jumlah ini belum merata untuk seluruh daerah di Indonesia. Jumlah dokter gigi di kota besar dan di daerah belum seimbang. Begitu juga dengan perawat gigi, belum semua puskesmas mempunyai perawat gigi atau hanya mempunyai 1 perawat gigi yang mana kebutuhan masyarakat akan kesehatan gigi semakin banyak.
Berdasarkan dengan masalah tersebut, sebagai sarjana sains terapan Keperawatan Gigi, kita selalu dituntut untuk melakukan inovasi-inovasi. UKGS Inovatif adalah salah satu cara untuk membantu pembangunan kesehatan khususnya di bidang kesehatan gigi dan mulut. UKGS Inovatif adalah suatu komponen Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang merupakan suatu paket layanan asuhan sitematik dan situjukan bagi semua murid sekolah dasar dalam bentuk paket promotif, promotif-preventif dan paket optimal. Upaya promotif dan promotif-preventif paling efektif dilakukan pada anak sekolah dasar karena upaya peningkatan esehatan harus sedini mungkin dan dilakukan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan.
UKGS Inovatif diperlukan karena penyakit gigi dan mulut sangat mempengaruhi derajat kesehatan, proses tumbuh kembang, bahkan masa depan anak. Anak-anak menjadi rawan kekurangan gizi karena rasa sakit pada gigi dan mulut menurunkan selera makan mereka. Kemampuan belajar anak pun akan menurun sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar. Tingginya angka karies gigi dan rendahnya status kebersihan mulut merupakan permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai pada kelompok usia anak sekolah dasar. Untuk pemerataan tenaga kesehatan, UKGS Inovatif juga sangat diperlukan dan diharapkan ada pada setiap sekolah di Indonesia.


7 Langkah Mencegah Karang Gigi


7 Langkah Mencegah Karang Gigi
Apa sih karang gigi? Mungkin beberapa orang belum mengetahui apa itu karang gigi. Karang gigi adalah suatu endapan keras yang terletak pada permukaan gigi berwarna mulai dari kuning – kuningan, kecoklat – coklatan, sampai dengan kehitam – hitaman dan mempunyai permukaan yang kasar. (Arini, 2013)

Hasil gambar untuk karang gigi"
Pada dasarnya karang gigi disebabkan oleh penumpukan deposit plak atau sisa makanan yang seiring berjalannya waktu akan mengeras dan membentuk karang gigi. Berdasarkan lokasinya karang gigi dibedakan menjadi dua, yaitu supragingiva dan subgingiva. Karang gigi supragingival terletak di atas gusi atau di permukaan gigi yang tampak di rongga mulut, biasanya warnanya lebih terang, putih kekuningan/konsistensinya seperti kapur. Sedangkan karang gigi subgingival terletak di bawah gusi/saku gusi atau di permukaan akar gigi, biasanya warnanya lebih gelap, padat dan keras. Karang gigi yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit jaringan periodontal (penyakit pada gusi dan jaringan penyangga gigi). Jika tidak dibersihkan dapat menyebabkan peradangan atau inflamasi pada gusi, biasa disebut gingivitis. Tanda-tanda yang tampak pada inflamasi awal adalah adanya warna kemerahan, mengkilat dan sedikit pembengkakan pada gusi. Inflamasi akan semakin parah sehingga gusi mudah berdarah saat menggosok gigi, bahkan bisa terjadi perdarahan spontan. Karang gigi tidak bisa dibersihkan hanya dengan menggosok gigi, sehingga perlu dilakukan tindakan pembersihan karang gigi atau scaling. Tindakan pembersihan karang gigi atau scaling adalah suatu tindakan pembuangan sisa makanan yang telah mengeras yang berbentuk karang gigi atau noda gigi (stain). Pembersihan karang gigi tersebut sangat bermanfaat menghilangkan infeksi gusi dan pendarahan saat menyikat gigi dan juga dapat meningkatkan kualitas penampilan, memunculkan kebersihan optimal. (Pratiwi, 2007) 

Untuk menghindari terjadinya karang gigi, sebaiknya kita melakukan langkah-langkah berikut: 
 1. Membersihkan gigi dengan menggunakan sikat gigi, tehnik, waktu dan frekuensi yang tepat 
 2. Menggunakan benang gigi (dental floss) untuk pembersihan mekanis tambahan untuk gigi-gigi yang berjejal yang tidak dapat dijangkau dengan sikat gigi 
 3. Menggunakan obat kumur sebagai antiseptik rongga mulut (jika diperlukan) 
4. Mengkonsumsi buah yang banyak mengandung vitamin C (misalnya kiwi, strawberry, jeruk dll) untuk menjaga kesehatan gusi 
 5. Mengkonsumsi makanan berserat (misalnya sayuran hijau) untuk pembersihan gigi secara alami 
 6. Hindari kebiasaan buruk sepeti merokok, dan mengurangi konsumsi air kopi atau teh 
 7. Melakukan pemeriksaan kesehatan gigi ke tenaga kesehatan gigi secara rutin (3 atau 6 bulan sekali)


5 Langkah Menggosok Gigi dengan Baik dan Benar

Menggosok gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi sehingga penumpukan plak dpat dihindari. (Dyahsari, 2009)
Menggosok gigi dengan baik dan benar adalah menggosok semua bagian gigi dengan memperhatikan teknik yang tidak mengakibatkan kerusakan pada bagian – bagian gigi, selain itu menggosok gigi yang baik yaitu dengan cara yang tepat sehingga sisa – sisa makanan yang menempel pada gigi dapat terangkat dengan baik dan tidak mengakibatkan pertumbuhan bakteri oleh sisa makanan yang mengakibatkan kerusakan pada gigi (Hidayat, 2016) dalam (Efendi, 2018).





Dibawah ini adalah langkah – langkah penting yang harus dilakukan dalam menggosok gigi (Rahmadhan, 2010) dalam (Kurniawan, 2013) :
a) Ambil sikat dan pasta gigi, Peganglah sikat gigi dengan cara anda sendiri (yang penting nyaman untuk anda pegang), oleskan pasta gigi di sikat gigi yang sudah anda pegang.
b) Bersihkan permukaan gigi bagian luar yang mengadap ke bibir dan pipi dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan dan naik turun. Mulai pada rahang atas terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan yang rahang bawah.
c) Bersihkan seluruh permukaan kunyah gigi (gigi geraham) pada lengkung gigi sebelah kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur sebanyak 10-20 kali. Lakukan pada rahang atas terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan rahang bawah. Bulu sikat gigi diletakkan tegak lurus menghadap permukaan kunyah gigi
d) Bersihkan permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit - langit dengan menggunakan teknik modifikasi bass untuk lengkung gigi sebelah kanan dan kiri. Lengkung gigi bagian depan dapat dulakukan dengan cara memegang sikat gigi secara vertikal menghadap ke depan. Menggunakan ujung sikat dengan gerakan menarik dari gusi ke arah mahkota gigi. Dilakukan pada rahang atas dan dilanjutkan rahang bawah.
e) Terakhir sikat juga lidah dengan menggunakan sikat gigi atau sikat
lidah yang bertujuan untuk membersihkan permukaan lidah dari
bakteri dan membuat nafas menjadi segar. Berkumur sebagai
langkah terakhir untuk menghilangkan bakteri-bakteri sisa dari
proses menggosok gigi.





Senin, 28 Oktober 2019

SIKAT GIGI


SIKAT GIGI
Hasil gambar untuk gambar gosok gigi yang benar" 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Cara menyikat gigi yang benar merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyait gigi serperti gigi berlubang ataupun karies gigi. Menggosok gigi yang tidak benar masih tinggi ditemukan pada anak usia 10 tahun kebawah. Karena anak usia tersebut sangat rentan terhadap penyakit, maka dibutuhkan kesadaran bahwa pentingnya perilaku menggosok gigi yang benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Membersihkan gigi minimal 2 kali sehari perlu dijalani anak-anak, dengan harapan ia akan mampu menjaga kesehatan giginya. Anitasari (2005) mengatakan sumber dari penyakit penyanggan jaringan gigi dan karies gigi adalah terabaikannya kebersihan gigi dan mulut. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu cara meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Menyikat gigi minimal dua kali sehari, yakni setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Pada waktu tidur, produksi air liur berkurang sehingga menimbulkan suasana asam di mulut. Jika saat itu ada sisa-sisa makanan di gigi, mulut semakin asam dan kuman pun akan tumbuh subur dan membuat lubang pada gigi. Frekuansi membersihkan gigi dan mulut sebagai perilaku yang mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut Anitasari,(2005)
Dengan menyikat gigi yang baik dan benar minimal 2 kali sehari, sifat asam ini bisa dicegah. Bila anak memiliki gigi yang tidak sehat, dia akan sulit mencerna makanan sehingga proses pertumbuhan si anak akan terganggu. Akibatnya, anak akan mudah terserang penyakit Inilah kemungkinan rembetan masalah gigi anak. Sakit gigi membuat malas makan, malas belajar, badan lemah, kurang gizi, banyak dampak lain menyebar ke seluruh tubuh. Setiap orangtua perlu menanamkan prinsip kesehatan gigi pada anak, Terutama kesehatan gigi berkaitan dengan kesehatan tubuh lainya. Perilaku anak ditentukan oleh arahan orang tua. Setiap aktivitas yang biasa di terapkan orang tua sejak dini, akan dilakukan terus hingga dewasa bahkan dapat di turunkan lagi pada penerusnya bila dilihat prosesnya,maka pembiasaan kegiatan positif sangat penting nilainya. Perilaku merupakan suatu aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi pola hidup yang akan dijalaninya. Proses pembentukan perilaku yang diharapkan memerlukan waktu serta kemampuan dari para orangtua didalam mengajarkan anak. karena itu bila pola hidup yang dijalaninya merupakan pola hidup yang sehat maka prilaku yang akan diterapkan di dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutpun merupakan pola hidup yang sehat. Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dijaga kebersihannya. Menurut WHO dalam Andreas Winardi (2012),
Lembaga Survei Synovate Indonesia, Agustus 2009 lalu mengadakan survei di empat kota besar Bandung, Jakarta, Medan, Surabaya yaitu mengenai pengalaman para ibu menyikat gigi bersama anak. Dari 378 ibu yang diwawancarai, 53 persen menyatakan kesulitan mengajarkan anak menyikat gigi. Anak-anak tidak peduli dengan kesehatan giginya dan selalu merasa kegiatan menyikat gigi tidak menyenangkan kurangnya pengetahuan cara menyikat gigi yang baik dan benar. Rasa kantuk di malam hari juga menyebabkan anak malas menyikat giginya sebelum tidur. Oleh karena itu orangtua perlu sabar dan konsisten dalam menanamkan kebiasaan menyikat gigi. Cara yang paling utama adalah dengan mencipatkan lingkungan dan kegiatan yang menyenangkan untuk anak, seperti melakukan sambil bermain, tak perlu selalu di kamar mandi, mengajak anak melihat ayah atau ibunya menyikat gigi. Selagi membangun kebiasaan ini, sampaikan pengertian kepada anak mengenai manfaat menyikat gigi da mengajarkan anak menyikat gigi yang baik dan benar.
Menurut Prof Dr drg Melanie Sadono Djamil dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, memang sebaiknya anak diajarkan sedini mungkin menyikat gigi yang baik dan benar. Anak diajarkan menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Untuk siang hari setelah makan atau sehabis ngemil, anak dibiasakan berkumur dengan air putih. Berkumur akan menghilangkan sisa makanan di sela gigi. Juga untuk menetralkan tingkat keasaman rongga mulut. Sebaiknya sikat gigi satu jam setelah makan. Kalau kurang dari satu jam dikhawatirkan justru terjadi abrasi pada gigi. Teknik sikat gigi utama adalah seperti mencungkil arah gusi ke gigi dan memutar. Padahal kebanyakan orang sikat gigi arah maju mundur, teknik ini jelas salah. Salah teknik bisa menyebabkan pengikisan, terutama di daerah leher gigi yang memiliki paling tipis.
Media audio visual adalh media yang mampu merangsang indra penglihatan dan indra pendengaran secara bersama-sama, karena media ini mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Djamarah, 2006: 124). Salah satu pengelompokan kelas media yaitu Media audio motion visual yang merupakan media paling lengkap dalam arti penggunaan segala kemampuan audio visual kedalam kelas seperti TV, Sound-film, Vidio-tape,dan film TV recording Berts (dalam Soendojo Dirjosoemarto, 2000:19)
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang penulisan ini ialah :
Bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan anak  tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar
C.    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Setelah memperkenalkan Lagu “MOGIGU” dan menjelaskan cara menggosok gigi  diharapkan anak mampu memahami cara menjaga kebersihan gigi dan melaksanakan cara menggosok gigi dengan teknik yang baik dan benar.
2.      Tujuan Khusus
Setelah menjelaskan cara menggosok gigi diharapkan anak mampu :
1.      Menyebutkan alat dan bahan yang diperlukan untuk menggosok gigi
2.      Menyebutkan frekuensi menyikat gigi dalam sehari
3.      Menyebutkan waktu yang tepat menggosok gigi
4.      Menyebutkan durasi waktu menggosok gigi
5.      Menjelaskan teknik dan cara menggosok gigi yang baik dan benar secara terstruktur



BAB II
ANALISAH DAN PEMBAHASAN

A.    Pendapat Anak Terhadap Lagu Mogigu
1.  Nama                            : Ryufika Naura. Nawa
2.  Usia                             : 11 tahun
3.  Jenis Kelamin              : Perempuan
4. Pendapat anak              :Sebelum memperkenalkan lagu dan Vidio MOGIGU, penyuluh melakukan wawancara dengan  mengajukan pertanyaan awal secara lisan kepada anak, untuk menggali  pengetahuan awal anak tentang kebiasaan dan cara menggosokt gigi Anak selama ini, sambil meminta anak memperagakan cara gosok giginya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapat behwa anak belum mengetahui cara menggosok gigi dengan  baik dan benar secara sistimatik.
Padea saat memperkenalkan lagu dan Vidio MOGIGU, anak merasa tertarik ingin melihat gambar vidio dan ingin mendengarkan lagunya. Selama poses mendengarkan lagu “MOGIGU” anak sangat serius untuk mencermati tampilan gambar dan suara pada Laptop tersebut.
Rasa ingin mencoba sudah mulai muncul seketika itu karena penyuluh sudah membawa dengan sikat gigi dan pasta gigi pada waktu itu.

B.     Menjelaskan kepada Anak untuk Menggosok Gigi Sesuai Instruksi yang Ada di Lagu MOGIGU

Lagu MOGIGU mengajak gosok gigi dan  mengajarkan tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar dengan durasi  selama kurang lebih 2 menit, dilakukan minimal 2 kali sehari yaitu pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menggosok gigi yakni sikat gigi, pasta gigi dan air kumur. Adapun teknik menggosok gigi yang diajarkan dalam lagu MOGIGU adalah  sebagai berikut :
1.      Letakan pasta gigi pada ujung bulu sikat gigi secukupnya
2.      Sikat gigi dimulai dari Rahang atas kanan, dekat pipi gerakan memutar dari ujung belakang sampai gigi depan.
3.      Rahang atas kiri, dekat pipi gerakan memutar dari ujung belakang sampai gigi   depan.
4.      Rahang bawah kanan, dekat pipi gerakkan memutar dari ujung belakang sampai gigi depan
5.      Rahang bawah kiri, dekat pipi gerakkan memutar dari ujung belakang sampai gigi depan
6.      Rahang atas kanan, dekat langit-langit gerakan memutar dari ujung belakang sampai gigi depan.
7.      Bagian depan dekat langit-langit gunakan ujung sikat gigi tarik dari dalam keluar
8.      Rahang atas kiri, dekat langit-langit gerakan memutar dari ujung belakang sampai gigi depan.
9.      Rahang bawah kanan, dekat lidah gerakkan memutar dari ujung belakang sampai gigi depan
10.  Bagian depan dekat lidah gunakan ujung sikat gigi tarik dari dalam keluar
11.  Rahang bawah kiri, dekat lidah gerakkan memutar dari ujung belakang sampai gigi depan
12.  Rahang atas kanan, daerah untuk mengunyah makanan gerakan maju mundur dari ujung belakang sampai gigi depan.
13.  Rahang atas kiri, daerah untuk mengunyah makanan gerakan maju mundur dari ujung belakang sampai gigi depan
14.  Rahang bawah kanan, daerah untuk mengunyah makanan gerakan maju mundur dari ujung belakang sampai gigi depan
15.  Rahang bawah kiri, daerah untuk mengunyah makanan gerakan maju mundur dari ujung belakang sampai gigi depan
16.  Lidah juga disikat maju mundur dari belakang sampai depan
17.  Kumur-kumur dengan air bersih
18.  Tidak makan selama 2 jam setelah menggosok gigi
Kegiatan penyuluhan  kepada anak Nawa tentang cara menggosok gigi dengan menggunakan media audio visual dalam lagu MOGIGU ini terlaksana pada :
Hari/Tanggal                  :  Kamis, 26 September 2019
Waktu                            :  Pkl. 19.00 Wib
Tempat                           :  Rumah Bu AS
Media                            : Laptop dan Panthom Gigi

C.    Evaluasi hasilnya setelah 7 hari
a.      Waktu                  : Rabu dan Kamis, 02 dan 03 Oktober 2019
Ø  Malam           : Pkl. 20.13 Wib ( Hari Rabu, 02 Oktober 2019)
Ø  Pagi               : Pkl 05.05 Wib ( Hari Rabu, 03 Oktober 2019)
b.      Lama                    : ≥ 2 Menit
Durasi waktu anak menyikat gigi yang dievaluasi selama anak menyikat gigi rata-rata lebih sedikit dari 2 menit. Hal ini dipengaruhi karena anak masih dalam proses beradaptasi dan disatu sisi kemungkinan karena  saya sebagai penyuluh selalu memantau langsung anak menyikat gigi setiap pagi dan malam selama 7 hari, kebetulan tinggalnya disamping kost.
D.    Kesimpulan hasil yang didapat menurut Teori Rogers
Menurut Roger dikutip Notoatmodjo (2014), menjelaskan bahwa sebelum
orang menghadapi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan atau tahap yaitu:
1.      Kesadaran ( awareness )
2.      Tertarik ( Interest )
3.      Evaluasi ( evalution )
4.      Mencoba (trial )
5.      Adopsi (adoption )
Dari kegiatan penyuluhan cara menggosok gigi dengan menggunakan media audio visual tersebut, analisa kegiatan penyuluhan kesehatan gigi menurut teori Rogers yaitu :
1.      Kesadaran (awareness)
Dimana anak Nawa sadar bahwa ada informasi baru mengenai cara menggosok gigi dengan teknik yang baik dan benar, yang mana sebelumnya anak Nawa belum mengetahui dan memahami tentang cara-cara menggosok gigi dengan baik dan benar secara terstruktur.
2.      Tertarik (interes)
Dimana anak Nawa  ingin mengetahui informasi lebih lanjut dan mulai tertarik melalui media Audio Visual dengan lagu cara menggosok gigi dengan baik dan benar dirumah sesuai gambar vidio yang dilihat.
3.      Evaluasi (Evaluation)
Setelah menonton cara menggosok gigi dengan menggunakan audio visual,diharapkan anak Nawa mulai berpikir dan mempertimbangkan  apakah dia mulai menggosok gigi dengan baik dan benar atau tidak
4.      Mencoba (Trial)
Dimana Setelah menonton cara menggosok gigi dengan menggunakan audio visual, anak Nawa mulai mencoba untuk menggosok gigi dengan benar di rumah. Pada tahap ini apabila anak merasa nyaman dan bermanfaat bagi dirinya, maka ia akan melanjutkan kebiasaan menggosok gigi dengan cara yang tepat ini
5.      Adopsi (Adoption)
Setelah menonton cara menggosok gigi dengan menggunakan audio visual, anak Nawa merasa yakin bahwa cara menggosok gigi dengan benar dapat memberikan manfaat atau keuntungan  bagi dirinya dan mulai menerapkannya dalam kehidupan setiap hari.

E.     Penjelasan Aspek Kognitif, Psikomotorik, Bahasa
1.      Aspek Kognitif
Pada aspek ini anak mengetahui alat dan bahan yang diperlukan untuk menggosok gigi, frekuensi menyikat gigi dalam sehari, waktu yang tepat menggosok gigi, durasi waktu menggosok gigi dan teknik serta cara menggosok gigi yang baik dan benar secara terstruktur.
2.      Aspek Psikomotorik
Pada aspek ini anak ias melakukan gerakan menyikat gigi dengan baik dan benar di semua area permukaan gigi secara sistimatik
3.      Aspek Bahasa
Pada aspek ini anak bias mendengarkan, mengerti dan memahami bahasa yang disampaikan lengkap dengan gerakannya  baik dari lagu mogigu maupun dari penyuluh secara sistimatik

F.        Pembahasan hasil yang diperoleh dengan menggunakan media audiovisual (Oral Health Promotion Based On Audio Visual)
1.    Anak memiliki konsep yang benar tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar melalui media Audio visual ini
2.    Anak lebih tertarik melihat gambar dengan lagu sehingga anak lebih mudah mengerti cara menggosok gigi dengan baik dan benar
3.    Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru bagi anak untuk mulai mencoba menggosok gigi dengan teknik yang baik dan benar
4.    Adanya interaksi antara anak dengan lingkungan sekitarnya

                                                     BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dengan memperkenalkan Lagu MOGIGU, menjelaskan cara menggosok gigi, dan melakukan monitoring serta evaluasi selama 7 hari, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Pemberian informasi cara menggosok gigi dengan baik dan benar melaluli metode audio visual sambil mengaplikasikan teori perubahan perilaku 7 hari sangat berpengaruh pada peningkatan dan perubahan perilaku anak yang baik.
2.      Setelah hari ke 7 Anak Claro mampu memahami cara menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan sadar dan mandiri  melaksanakan cara menggosok gigi dengan teknik yang baik dan benar secara sistimatis.
3.      Orang tua sudah menyadari bahwa memperkenalkan cara menggosoki gigi dengan teknik yang baik dan benar sangat penting untuk anak-anak

B.     Saran
Setelah menjelaskan cara menggosok gigi dengan ternik Vidio Visual kepada anak Claro diharapkan :
1.      Anak selalu menjaga kebersihan gigi dengan sadar dan secara mandiri  melaksanakan cara menggosok gigi dengan teknik yang baik dan benar serta menjadi kader kesehatan gigi di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
2.      Orang tua sebaiknya selalu memantau dan mempraktekkan cara menggosok gigi dengan baik dan benar
3.      Anggota keluarga yang lain selalu  mempraktekkan cara menjaga kebersihan gigi dan cara menggosok gigi dengan baik dan benar